Sabtu, 17 Desember 2011

KAJIAN JURU SELAMAT

BENARKAH YESUS ITU JURU SELAMAT ....?
MARI KITA BAHAS...!!!

Apa arti kata “Juruselamat”?

JAWAB:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1988,
Juru Selamat berarti:
1) orang yang menyelamatkan atau bertindak sebagai penolong dalam kesukaran;
2) penyelamat
Apa yang dimaksud dengan “Juruselamat” dalam ajaran Kristen?
 JAWAB:
Penyelamatan manusia melalui kematian atau darah Kristus, berdasarkan ajaran Paulus dan diperkuat oleh para pemimpin Gereja sesudahnya.
a. Paulus menyatakan bahwa semua orang berdosa. “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dunia oleh satu orang, dan oleh dosa Itu juga maut, begitulah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” (Roma. 5:12).
b. Manusia dikuasai dan dikontrol oleh setan, sebagaimana dijelaskan oleh Minard J Erickson dalam bukunya “Christian Theology”, halaman 793. “Satan established control over man… Satan now is the governing power inthe world. As world ruler, his right can not simply be set aside.” (Setan menguasai manusia… Saat ini setan adalah yang berkuasa memerintah di dunia. Sebagai
penguasa dunia, dia memiliki hak-hak yang tidak bisa dianggap sepele)
c. Setan hanya mau membebaskan manusia kalau ditebus dengan darah Kristus. Perhatikan pernyataan Paulus dalam Suratnya kepada jemaatnya di Efesus.
“Sebab di dalam Dia dan oleh darah- Nya kita beroleh penebusan, yaitu penebusan dosa” (Efesus 1:7) Origen dalam “Commentary on Matthew 13:28″ menjelaskan bagaimana setan menuntut darah Kristus sebagai tebusan untuk membebaskan manusia yang dia kurung.
“Now it was the devil that held us, to whose side we had been drawn away by our sin. He asked, therefore, as our price the blood of Christ” (Sekarang setanlah yang membelenggu kita, dimana kita telah terasing jauh gara-gara dosa-dosa kita. Oleh karena itu dia menuntut darah Kristus sebagai tebusan kita).
d. Allah mencintai dan ingin menyelamatkan manusia.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga la telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)
Perhatikan pernyataan Paulus kepada jemaatnya di Korintus tentang bagaimana “taatnya” Allah kepada tuntutan Setan. “Sebab kamu telah dibeli (oleh Allah) dan harganya telah lunas dibayar
(kepada setan dengan darah Kristus):
Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (I Korintus 6:20) Dukungan Origen terhadap pernyataan Paulus tentang ketaatan Allah memenuhi tuntutan Setan ini dapat dilihat dalam komentarnya terhadap Matius 13 :28 dalam buku Christian Theology halaman 793: “To whom this ransom paid? Certainly not to God. He would not pay a ransom to himself. Rather, it must have been paid to the evil one, for it was he who held us captive until the ransom,
namely, the soul of Jesus, was paid… So the ransom was detemined by, paid for,
and accepted by Satan”
 (Kepada siapa tebusan ini dibayar? Sudah tentu bukan kepada Allah. Dia tidak mungkin membayar tebusan kepada dirinya sendiri. Akan tetapi ia haus dibayar (oleh Allah) kepada
kejahatan. karena dialah yang membelenggu kita sampai tebusan, yakni nyawa Yesus, dibayar… Oleh karena itu tebusan ditetapkan, dibayarkan kepada dan diterima oleh Setan)
Dari mana Paulus mendapatkan ajaran penebusan dosa dengan darah Kristus ini?
JAWAB:
Paulus dilahirkan di Tarsus. Tarsus merupakan Pusat penyembahan Dewa. Mithra seperti yang dijelaskan oleh A.N. Wilson dalam bukunya “Paul the Mind of the Apostle” halaman 25: “Archeologists show that Tarsus was a centre of keen Mithraic worship until the downfall of the Empire. The most distinctive feature of Mithraic worship is that the initiates either drank the blood of the sacred bull or drank a chalice of wine as a symbol representation of blood” (Arkeolog memperlihatkan bahwa Tarsus adalah pusat kegiatan Penyembahan Dewa Mithra sampai dengan keruntuhan Kerajaan (Romawi). Ciri yang paling jelas dari penyembahan Dewa Mithra adalah upacara meminum darah sapi atau meminum secangkir anggur yang melambangkan darah). Kalaupun orang tua Paulus adalah
orang Yahudi yang mengharamkan darah, tetapi karena Paulus sejak kecil sudah terbiasa dengan upacara penyembahan berhala ini, sehingga baginya, darah sudah merupakan sumber kekuatan dan penebus dosa sesuai dengan ajaran penyembah Dewa Mithra dan Dewa Herakles. Ini dapat kita saksikan dalam Suratnya kepada Jemaat di Korintus:
“Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kitapecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?” (1 Korintus 10:16) “Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata- Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. ”
Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.” (Lukas 22: 19-20)
Ajaran ini sedemikian di dramatisasi sehingga Gereja tidak member peluang kepada mereka yang ingin menafsirkannya secara simbolis. Ini dapat dilihat dari keputusan Sidang Gereja di Trent sebagaimana dikutip Ralph Edward Woodrow dalam bukunya Babylon Mystery Religion,
halaman 166, yang menyatakan sebagai berikut:
“The Council ordered pastors to explain that not only did the elements of the Mass contain flesh, bones and nerves as part of Christ, but also a whole Christ” (Sidang Gereja memerintahkan para
pastor untuk menjelaskan kepada jemaat bahwa dalam Misa, bukan hanya mengandung daging, tulang dan syarafnya Kristus, tetapi keseluruhan Kristus)
Dewa Herakles menyembelih sapi. Darahnya melambangkan kehidupan baru sesudah mati. (bangkit dari antara orang mati) Ajaran ini mirip dengan penyembah dewa Adonis di Siria, dewa Thammuz di Babilonia dan dewa Osiris di Mesir. Setiap musim gugur, remaja Paulus menyaksikan upacara menyambut kematian dewa Mithra (dewa Matahari) yang akan mati selama musim dingin, dan kemudian akan hidup kembali pada tanggal 25 Desember setelah matahari mulai bergerak naik dari Garis Balik Selatan menuju musim semi.
Dari prasasti purbakala yang ditemukan di Tarsus memperlihatkan bahwa Dewa Herakles yang mati dan bangkit kembali dianggap sebagai Juruselamat.
 
Apakah Allah mewahyukan ajaran Juruselamat kepada Yesus?
JAWAB:
Benar, Allah mengajarkan kepada Yesus tentang satu-satunya Juruselamat, yakni Allah sendiri, bukan diri Yesus.
“Beginilah firman Tuhan, Raja dan Penebus Israel, Tuhan semesta alam:
“Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku.” (Yesaya 44:6)
“Beginilah firman Tuhan, Penebusmu, …” (Yesaya 44:24)
“Tidak ada yang lain, tidak ada Allah (Tuhan) selain dari pada-Ku! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku ” (Yesaya 45:21)
“Bukan setiap yang berseru kepada- Ku: Tuhan (Tuan), Tuhan (Tuan)! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku (Allah) di sorga
” (Matius 7:21)
“Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” (Matius 19:17)
Apakah Yesus pernah mengajarkan kepada murid-muridnya atau mengkhotbahkan kepada umatnya Israel bahwa dirinya telah dinobatkan sebagai Juruselamat umat manusia?
JAWAB:
Yesus tidak akan mungkin mengajarkan kepada murid-muridnya maupun kepada umatnya bahwa Allah telah menobatkannya sebagai Juruselamat dan bahwa darahnya akan dibayarkan oleh Allah kepada setan sebagai penebus dosa manusia. Yesus adalah guru/ustadz Yahudi. Dia mengajarkan hukumTaurat kepada murid-muridnya maupun umatnya.

Diantara ajaran tersebut adalah mengharamkan darah sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Imamat. “Demikian juga janganlah kamu memakan darah apapun di segala tempat kediamanmu, baik darah burung-burung, ataupun darah hewan. Setiap orang yang memakan darah apapun, nyawa orang itu haruslah dilenyapkan dari antara bangsanya ” (Imamat 7:26-27)
Baik murid-murid maupun umatnya Yahudi, tidak pernah berkeyakinan bahwa mereka telah jatuh ke dalam dosa abadi dan bahwa hanya Yesuslah satu-satunya yang akan menyelamatkan mereka melalui darahnya di tiang salib.
 Apakah Allah pernah mewahyukan kepada para nabi sebelum Yesus bahwa semua manusia termasuk para nabi yang dilahirkan ke dunia ini sebagai anak cucu Adam, terbelenggu dalam dosa waris, yang hanya dapat ditebus dengan darah Yesus?
JAWAB:
Tidak pernah. Sebelum hadirnya Paulus dimuka bumi ini, tidak satu pun Nabi mulai dari Nabi Adam as sampai dengan Nabi Isa as. yang mengajarkan kepada Bani Israil bahwa akan datang manusia bernama Yesus akan menjadi Juruselamat, menebus dosa manusia.

Orang Israel memahami satu-satunya Juruselamat adalah Allah SWT. Kalau kemudian orang Israel menyembelih domba untuk penebusan dosa, karena sesuai dengan firman Allah dalam Kitab Imamat “Akan tetapi pada tanggal sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian; kamu harus menga- dakan pertemuan kudus dan harus merendahkan diri dengan berpuasa
dan mempersembahkan korban api- apian kepada Tuhan.” (Imamat 23:27)
Siapa yang pertama mengeluarkan ide dan mengumumkan bahwa Yesus adalah Juruselamat?
JAWAB:
Paulus. Dialah yang pertama menyampaikan kepada orang-orang Yahudi maupun orang-orang Romawi bahwa Yesus mati untuk menebus dosa manusia. “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat.” (Galatia 3:13) “Sebab di dalam dia dan oleh darah- Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa…” (Efesus 1:7)
Dari mana bibit ide bahwa Yesus adalah Juruselamat?
JAWAB:
Ketika Paulus mendengar cerita tentang penyaliban Yesus, yang “katanya” mati, yang “katanya” bangkit kembali, dia yakin bahwa inilah “Kristus Baru” yang ‘bangkit dari antara orang mati.’ persis seperti dewa Herakles dan dewa Mitra yang dia puja. Paulus dengan cerdik menghubungkan penyaliban Yesus dengan mitos Dewa Herakles yang mengorbankan sapi agar darahnya menjadi penebus dosa dan memberikan kehidupan baru.

Perhatikan pemyataan Wilson berikut dalam buku yang sama halaman 27:
 “Paul was to develop into a richly imaginative, but confused, religious genius who was able to draw out a mythological and archetypical significance from the death of Jewish hero, Jesus of Nazareth” (Paulus menciptakan dengan kekayaan berkhayal, namun membingungkan, keahlian reliji yang memungkinkannya mengaitkan kematian Pahlawan Yahudi, Yesus dari Nazaret, dengan mitos dan model (dewa-dewa Penyembah Berhala). Kemahiran Paulus memainkan kiasan- kiasan untuk menyelipkan ajaran penyembah berhala kedalam kisah
kehidupan Yesus, disentil oleh Allah dalam Surah Muhammad: “Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dan kiasan- kiasan perkataan mereka,..” (Muhammad 47:30)
 
Apakah orang Yahudi menerima Yesus sebagai Juruselamat?
JAWAB:
Dari peristiwa penyaliban Yesus orang- orang Yahudi merasa sangat sedih dan kehilangan dengan hukuman penyaliban atas tokoh dan pahlawan mereka. Yesus adalah tokoh dan pemimpin yang diharapkan akan membebaskan Yahudi dari penjajahan Romawi. Mereka merindukan Yesus
untuk menjadi Raja sekaligus pemimpin agama. Namun kenyataan pahit yang mereka hadapi ialah bahwa Yesus ditangkap dan dihukum mati dengan penyaliban. Pada saat itu golongan Yahudi terpecah menjadi 2 (dua) golongan :
1) Mereka yang menganggap Yesus sebagai Mesias Palsu, karena dia tidak berhasil duduk ditahta Daud sebagai Raja Israel, malah sebaliknya di ditangkap oleh penguasa Romawi dan dihukum salib
2) Mereka yang menganggap Yesus sebagai pahlawan yang membela rakyatnya. Oleh karena itu Yesus pantas dihormati dan dihargai sebagai pahlawan. Golongan Yahudi ini berpandangan sebatas Yesus sebagai Juruselamat yang ingin menyelamatkan umatnya dari penjajah Romawi. Namun disayangkan usahanya gagal dan kandas di tengah jalan. Jadi dalam pemahaman ini, Yesus dianggap “Juruselamaf Yahudi, bukan Juruselamat umat manusia. “Hosana! Diberkati Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel.” (Yohanes 12:13)
Lalu kalau demikian, siapa yang menafsirkan penyaliban Yesus sebagai penyelamatan umat manusia?
JAWAB:
Ini adalah pekerjaan Paulus, Pauluslah yang menafsirkan penyaliban Yesus sebagai penyelamat manusia. Menurutnya darah Yesus di tiang salib mirip dengan darah sapi yang menyelamatkan menurut para penyembah dewa Mithra. Wilson dalam bukunya yang sama halaman 166,
mengatakan: “Paul’s invention of the Christian Eucharist, as an addition to the ‘agape meal’ or love-feast practiced by all Christians, is of apiece with his understanding of the sacrificial nature
of Christ death, which he saw in the same light that the followers of Mithra saw the death of the sacrificial bull. This would have had a powerful appeal to the pagan in Corinth, though it would
have been meaningless, and highly distasteful, to the Jews.”
(Sakramen dalam agama Kristen yang diciptakan oleh Paulus sebagai pelengkap dari ‘agape  eal’ yang dilaksanakan oleh seluruh umat Kristen, sejalan dengan pengertiannya tentang kematian Kristus untuk menebus dosa, yang dia pandang serupa dengan para penyembah dewa Mithra menafsirkan kematian sapi (korban). Ini akan memiliki daya tarik yang kuat bagi para penyembah
berhala di Korintus, walaupun ini tidak memiliki arti apa-apa, malah menjijikkan bagi orang-orang Yahudi)
 
Apakah ide Paulus ini diterima oleh umat Yahudi (umat Yesus)?
JAWAB:
Pendapat ini mendapat tantangan dari umat Yahudi dimana-mana. Untuk lebih mengenal ciri khas Yahudi, perhatikanlah penjelasan Henry Chadwick, Religious Professor di Oxford dan Cambridge University, dalam bukunya The Early Church, hal.18-19: “In the ancient world every one knew at least three things about the Jews; they would not be associated either directly or  ndirectly with any pagan cult (which seem anti social), they refuse to eat not only meat that had
been offered in sacrifice to the gods but also all pork (wich seemed rediculous), and they circumcised their male infant”
(Di zaman dahulu setiap orang tahu setidak-tidaknya tiga hal tentang orang Yahudi; mereka tidak akan terlibat langsung ataupun tidak langsung dengan para penyembah berhala (yang dapat dipandang anti sosial), mereka bukan hanya tidak akan makan daging sesajen untuk para dewa, tetapi segala macam daging babi (yang dianggap lucu), dan mereka menyunatkan anak laki-laki mereka).
Murid-murid Yesus yang diantaranya masih hidup ketika Paulus berkampanye tentang Yesus, tidak percaya kepadanya sedikit pun. Hal ini dijelaskan John Davidson, dari
Cambridge University dalam bukunya The Gospel of Jesus, halaman 812-813: “Paul was active in 50s and 60s AD when many of Jesus’ direct disciples were still alive, both in Palestine and
elsewhere, and they would never have believed Paul in preference to their own Master. Amongst the disciple of Jesus, Paul’s position always seem to have been that of an outsider”
(Paulus aktif menjalankan misi Kristen di tahun 50an sampai 60an ketika murid-murid Yesus masih hidup, baik di Patestina maupun di tempat lain, dan mereka tidak akan pernah mempercayai keterangan Paulus tentang Tuan mereka (Yesus). Bagi murid-murid Yesus, posisi Paulus selalu dianggap sebagai orang luar.)

Oleh karena itu tidak mengherankan bila mereka sangat jengkel dan sakit hati atas perbuatan Paulus mencampur adukkan ajaran Tauhid Yahudi dengan ajaran penyembah berhala.
“la ini berusaha meyakinkan orang untuk beribadah kepada Allah dengan jalan yang bertentangan dengan hukum Taurat.” (Kisah Para Rasul 18:13) “Akan tetapi Paulus semakin besar  pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias.” (Kisah Para Rasul 9:22) “Hai orang-orang Israel, tolong! Inilah orang yang di mana-mana mengajar semua orang untuk menentang bangsa kita dan menentang hokum Taurat dan tempat ini! Dan sekarang ia membawa orang-orang Yunani pula ke
dalam Bait Allah dan menajiskan tempat suci ini!” (Kisah Para Rasul 21:28) “Dan setelah hari siang orang-orang Yahudi mengadakan komplotan dan bersumpah dengan mengutuk diri,
bahwa mereka tidak akan makan atau minum, sebelum mereka membunuh Paulus.” (Kisah Para Rasul 23:12) “Telah nyata kepada kami, bahwa orang ini adalah penyakit sampar, seorang yang menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia yang beradab, dan bahwa ia adalah seorang tokoh dari sekte orang Nasrani. (Kisah Para Rasul 24:5)
Kekacauan yang diciptakan Paulus terhadap mu-rid-murid dan pengikut- pengikut Yesus di mana-mana dapat disimak pula dari penjelasan Davidson sebagai berikut: “Where ever he went, Paul seemed to stir up new trouble. The disciples living in Jerusalem had never previously
encountered such extreme difficulties”
(Kemana saja dia pergi, nampaknya Paulus menjadi provokator kerusuhan baru. Para murid Yesus di Yerusalem tidak pernah merasakan persoalan serumit ini sebelumnya.)
Dua orang pakar Alkitab dan Naskah Laut Mati, Michael Baigent dan Richard Leigh dalam buku mereka The Dead Sea Scroll Deception, halaman 266 dan 321 malah mencap Paulus sebagai orang kafir pertama yang mengkhianati ajaran Yesus: “Paul is in effect the first ‘Christian’ heretic, and that his teachings – which become the foundation of later Christianity – are a flagrant  eviation from the ‘original’ and ‘pure’ form extolled by the leadership… What had been heresy within the framework of Judaism was now to become the orthodoxy of Christianity.”
(Paulus pada hakekatnya adalah orang kafir ‘Kristen’ pertama, dan ajarannya – yang kemudian menjadi landasan ajaran Kristen – adalah penyimpangan yang keji dari ajaran ‘asli’ dan ‘murni’ yang dimuliakan oleh para pemimpin (Gerakan Yesus). Apa yang sejak dahulu dianggap syirik dalam ajaran Yahudi (Yesus), saat ini menjadi ajaran Kristen.)

Bahkan sejak tahun 85, menurut Chadwick, orang-orang Yahudi akan mengutuk para pengikut Paulus dalam doa mereka: “Semoga orang-orang Kristen dan orang-orang kafir hancur dan
musnah.”
Paulus Menghapus Hukum Taurat Mengapa Paulus berusaha menghapuskan hukum Taurat?
JAWAB:
Ini yang jarang diketahui orang. Paulus berusaha menghapuskan hokum Taurat karena persaingan. Jika dia mengkhotbahkan ajaran Penyembah berhala murni, dia tidak akan mendapat sambutan dari kalangan para penyembah berhala, karena mereka sendiri sudah tidak terlalu tertarik kepada ajaran mereka.

Dibandingkan dengan agama Yahudi, ajaran Penyembah berhala dianggap lebih rendah, apalagi karena mereka tidak memiliki kitab suci sebagaimana pengikut agama Yahudi yang
menganggap bahwa Kitab Taurat adalah satu-satunya Kitab Suci yang diwahyukan Allah kepada Rasulnya di dunia.

Sementara bagi Paulus untuk mengkhotbahkan Reformasi Yahudi sebagaimana yang diajarkan murid- murid Yesus, dia tidak diterima, karena fahamnya dianggap tercemar oleh ajaran  enyembah berhala. Inilah yang mendorong Paulus menciptakan agama Kristen untuk merebut para penyembah berhala di kerajaan Romawi dengan menghapuskan hukum Taurat yang selama ini menjadi penghambat orang-orang Romawi untuk menganut agama Yahudi.
Dalam agama Kristennya, Paulus sekaligus mengganti Kristus-Kristus para penyembah berhala yang sudah uzur dengan Kristus Yesus, yang cerita kematian dan kebangkitannya masih segar di kepala Paulus. Kecerdikan Paulus ini diterangkan oleh Frank Thielman dalam bukunya Paul and the Law, hal 35: “Paul’s argument against the law: he was convinced that salvation could not
come by means of the law because if it did, (I) Gentiles would be excluded and (2) Christ’s death would be in vain”
(Alasan Paulus untuk menghapus hukum Taurat: dia percaya bahwa keselamatan tidak akan tercapai dengan mentaati hukum Taurat karena kalau demikian, (1) Orang-orang Romawi non-Israel tidak akan termasuk dan (2) kematian Kristus akan sia-sia)
Oleh karena itu satu-satunya taktik yang digunakan Paulus untuk memuluskan menggiring para
penyembah berhala masuk ke ajaran Kristennya, dia harus menyingkirkan hukum Taurat yang  dianggap menjadi penghambat.
Kalau umat Yahudi menolak ide ini mengapa ajaran ini tersebar kemana-mana?
JAWAB:
Paulus beberapa kali berusaha merayu para pemimpin Gerakan Yesus di Yerusalem agar dia diterima masuk dalam gerakan tersebut untuk memberitakan ajaran Yesus kepada umat Yahudi di perantauan serta kepada orang-orang Romawi, Namun keinginannya ini selalu kandas, karena
Pemimpin Gerakan Yesus di Yerusalem, Yakobus (adik Yesus), tahu persis bahwa kalau Paulus diterima dalam gerakan ini akan mencemari ajaran Taurat dengan ajaran penyembah berhala.
“Tetapi mereka mendengar tentang engkau, bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa: Sebab engkau mengatakan supaya mereka jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat- istiadat kita.” (Kisah Para Rasul 21: 21)
Ini dipertegas oleh pernyataan Max I. Dimont, Professor Sejarah Yahudi di Amerika Serikat dan Kanada dalam bukunya “Jews, God and History” pada halaman 146. “Twice he had appealed to the Apostolic Church in Jerusalem to make him an apostle, and twice it had refused him this honor. Then he had a quarrel with James, the brother of Jesus, about the procedure in converting pagans”
(Dua kali dia (Paulus) memohon kepada Pemimpin Jemaat (Yakobus) di Yerusalem agar dia diterima menjadi rasul, dan kedua-duanya ditolak. Kemudian dia juga bertengkar dengan Yakobus, saudara Yesus, tentang prosedur menerima para penyembah berhala masuk dalam Gerakan Yesus).

Namun ternyata Paulus tidak patah hati dengan kegagalan menghadapi umat Yahudi dan para pemimpin Gerakan Yesus di Yerusalem. Targetnya kemudian diarahkan kepada para penyembah berhala di kerajaan Romawi dengan memodifikasi Gerakan Yesus untuk orang Yahudi, menjadi
Gerakan Kristen untuk para penyembah berhala di kerajaan Romawi. Perhati-kan penjelasan Dimont selanjutnya di halaman 147: “Since the Jews would not have Christianity, Paul took it to the pagans To make it easier for them to join his new religion, he make a second decision, that of abandoning Jewish dietary laws and the rite of circumcision. His third decision was to substitute Christ for the Torah, and this was the most crucial one, for it cause the final and unalterable break
between the Father and the Son Religion.”
(Karena orang Yahudi tidak memiliki ajaran Kristen (yang diajarkan Paulus), Paulus kemudian membawanya kepada penyembah berhala. Untuk memudahkan mereka bergabung dalam agama barunya ini, dia membuat keputusan kedua, yakni menghapuskan hukum Taurat yang  mengharamkan babi) serta keharusan bersunat. Keputusannya yang ketiga adalah menggantikan hukum Taurat dengan diri Yesus, dan ini merupakan keputusan yang sangat genting, karena menyebabkan pemisahan abadi dan tidak tergoyahkan antara agama yang menyembah Bapa – Allah SWT – dan agama yang menyembah Anak – Yesus Kristus).
Kejahatan seperti yang dilakukan Paulus ini dijelaskan oleh Al Qur ’an berikut ini. “Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada  ereka. ” (Al- Baqarah 2:59)
Karena Paulus saat itu mengabdi untuk orang-orang Romawi, sehingga Injil yang dia tulis bukan untuk orang- orang Yahudi, tetapi untuk menyenangkan para penyembah berhala di Kerajaan Romawi. Dimont menambahkan di halaman yang sama dari bukunya: “The account of the history of Christianity in the Pauline Epistles and the Gospels, especially as the latter relate to the trial of Christ, become understandable now that we realize they were written not for the Jews but for the pagans. . . It is understandable that neither Paul nor the Gospel writers would want to antagonize those whom they were seeking to convert or anger the rulers whom they had to mollify, especially since they could be punished for such ofenses by being thrown to the lions or being crucified head down”
(Cerita tentang sejarah Kristen dalam Surat-surat Paulus dan Injil, terutama yang terakhir  sehubungan dengan penangkapan Kristus (Yesus), menjadi jelas dan kita sadari sekarang bahwa
(Surat-surat dan Injil-injil) tersebut bukan ditulis untuk orang-orang Yahudi, tetapi untuk para penyembah berhala. . . Dapat dipahami bahwa baik Paulus maupun para penulis Injil tidak
ingin menentang (ajaran) mereka yang ingin dipengaruhi (para penyembah berhala), atau membuat marah para penguasa (Romawi) yang ingin mereka rayu, terutama karena mereka dapat
dihukum bila (mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan kepercayaan penyembah berhala) yang dapat berakibat mereka dijadikan mangsa bagi singa atau disalib dengan kepala terbalik).
Apakah pada saat Yesus disalib, murid- murid dan para pengikutnya berpikir bahwa Yesus disalib untuk menebus dosa manusia.
JAWAB:
Tidak pernah. Mereka benar-benar shok melihat pemimpin yang mereka agung-agungkan, dan akan tampil sebagai Mesias baru, yang akan membebaskan bangsa Israel harus menerima nasib yang sangat tragis.

Mereka benar-benar terpukul mendengar pemimpin mereka dihukum sebagai seorang kriminal
oleh penguasa Romawi. Robert Funk, Pakar Alkitab danan Direktur Westar Institute di Santa Rosa California, dalam bukuriya “Honest to Jesus” halaman 40 mengatakan: “The crucifixion of Jesus must have been a disappointment to his first followers. It certainly frightened them, to judge by their response. With his arrest and crucifixion they fled from Jerusalem, return to Galilee, and
resumed their humble lives as fishermen and peasants. To die as ignominiously as Jesus did was not the fate a true Davidic Messiah ought to suffer, since David’s successor was supposed to  estore the Kingdom of Israel”
(Penyaliban Yesus pasti mengecewakan para pengikut utamanya. Ini benar-benar mengerikan
mereka, seperti terlihat pada tindakan mereka. Dengan tertangkap dan disalibnya Yesus, mereka melarikan diri meninggalkan Yerusalem menuju Galilea, kembali bekerja sebagai nelayan dan petani. Mati terhina sebagaimana yang dialami Yesus bukanlah nasib yang harus diterima
oleh Mesias keturunan Daud, karena keturunan Daud seharusnya membangun kembali kerajaan Israel).
 

Penebusan Dosa Atau Berqurban? Apakah ada konsep penebusan dosa dalam agama Yahudi?
Apakah Yahudi mengimani bahwa dosa Adam selalu diwariskan mulai kepada anak Adam yang pertama sampai ke generasi kita yang hidup di akhir zaman?
JAWAB:
Dalam agama Yahudi mereka percaya bahwa keselamatan akan dicapai jika mereka sanggup mentaati hokum Taurat dalam 24 jam kehidupan sehari. Seorang Yahudi, dalam hidupnya sehari-hari, diharapkan akan mampu mentaati secara penuh tanpa cacat kesemua hukum-hukum Taurat yang diwahyukan Allah kepada Nabi Musa as. Namun kenyataannya seorang Yahudi sangat sulit untuk mentaati hukum tersebut tanpa cacat. Dengan demikian setiap orang Yahudi menyadari bahwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu saja ada cacat atau lubang dalam upaya mentaati setiap perintah hukum Taurat. Untuk itu mereka perlu berkorban untuk memohon ampun atas dosa-dosa yang mereka telah perbuat.
Bagaimana bentuk ibadah pengorbanan tersebut?
JAWAB:
Hari yang ditentukan untuk ibadah memohon ampun atas dosa mereka yang tidak mampu mentaati hokum Taurat secara sempurna dilakukan pada hari Yom Kippur. Mereka yang merasa pernah melakukan dosa karena tidak mentaati seluruh hokum Taurat, harus mengakui dosa-dosa
mereka di atas kepala seekor kambing. Kambing yang telah “dibebani dengan dosa-dosa”  seseorang ini, kemudian akan dilepas ke padang gurun sebagai “kambing hitam” (scape goat) sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Imamat. “Dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala
kesalahan orang Israel dan segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus  enanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke padang gurun… Dengan demikian kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah yang tandus, dan kambing itu harus dilepaskan ke padang gurun.” (Imamat 17:21-22)
Selanjutnya dalam pandangan agama Yahudi, setelah dosa seseorang telah dilemparkan ke  kambing hitam, urusannya belum selesai. Dalam perayaan Yom Kippur, selanjutnya seorang yang menginginkan pengampunan dosa harus mengorbankan seekor domba yang tidak bercacat. “Tuhan berfirman kepada Musa: ‘Akan tetapi pada tanggal sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian; kamu harus mengadakan pertemuan kudus dan harus merendahkan diri dengan berpuasa dan mempersembahkan korban api-apian kepada Tuhan.” (Imamat 23 :27)
Mengapa harus tanpa cacat?
JAWAB:
Karena Tuhan itu sempurna sehingga korban yang diserahkan pun harus sempurna fisik maupun mentalnya. Karena domba adalah binatang yang dianggap berguna dan praktis tidak pernah merugikan orang atau binatang lainnya sehingga secara mental dianggap sempurna karena
tidak pemah melakukan dosa. “Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela,…” (Keluaran 12:5)
 
 Apakah para murid dan pengikut Yesus pernah berpikir bahwa manusia dapat dikorbankan untuk menebus dosa mereka sesuai semangat Yom Kippur?
JAWAB:
Mengorbankan manusia untuk dewa- dewa atau untuk binatang buas bukan ajaran Yahudi, tetapi ajaran penyembah berhala. Demikian pula mengorbankan (melemparkan) manusia ke kawanan singa untuk ditonton merupakan pertunjukan para penyembah bsrhala yang tidak mungkin dilakukan oleh umat nabi-nabi Allah. Apalagi meminum darah Yesus, Rasul Allah sebagai rasa cinta. Wilson menjelaskan penolakan orang-orang Yahudi untuk mengorbankan darah manusia dalam bukunya yang sama di halaman 26: “they would have been disgusted by the idea of the cult of Mithras, since the drinking of blood is one of the most fundamental taboos in Jewish life”.
(Orang-orang Yahudi akan jijik dengan pandangan penyembah dewa Mithra, karena meminum darah merupakan sesuatu yang paling pantang dalam kehidupan orang-orang Yahudi).
Apakah pengertian jatuh ke dalam dosa dalam agama Yahudi?
JAWAB:
Pengertian jatuh ke dalam dosa adalah jika mereka gagal mentaati hokum Taurat dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Apakah Yesus disalib untuk menebus dosa manusia karena Adam jatuh ke dalam dosa yang diwariskan ke seluruh umat manusia secara turun temurun sesuai kitab Kejadian?
JAWAB:
Justru sebaliknya. Setelah peristiwa penyaliban Yesus, barulah Paulus memeras otak menafsirkan kembali Kitab Kejadian sesuai yang diinginkan, sebagai sarana membenarkan dan memberikan makna bagi penyaliban Yesus. Kerja keras Paulus untuk memanipulasi kitab Perjanjian Lama
membuahkan hasil. Dia pun menafsirkan Adam dan Hawa yang makan buah terlarang telah jatuh ke dalam dosa, yang kemudian diwariskan kepada seluruh keturunannya. Padahal sebelum penyaliban Yesus, Paulus tidak pemah mengajarkan bahwa kitab Kejadian adalah cerita tentang “dosa waris” yang akan ditebus oleh darah Yesus kelak.
Kecerdikan Paulus dan Gereja ini dengan jelas diterangkan oleh Funk dalam bukunya yang sama halaman 223: “It is dear that the authors of the passion narrative had searched the scriptures for clues to the meaning of Jesus’s death and had allowed those clues to guide them in framing the
story: event was made to match prophecy”
(Jelas kelihatan bahwa para penulis cerita kematian Yesus berusaha mencari ayat-ayat kitab Perjanjian Lama untuk memberi arti pada kematian Yesus, dan mengandalkan penafsiran-
penafsiran (baru) tersebut sebagai pendukung untuk merangkai cerita (tentang kematian Yesus): artinya cerita tentang peristiwa diciptakan seakan-akan sudah diramalkan akan terjadi).
Paulus sama sekali tidak menyaksikan dan tidak tahu persis, apakah Yesus benar-benar disalib, kalau Yesus disalib apakah Yesus benar-benar mati di tiang salib. Paulus pun tidak tahu, kapan Yesus disalib, dimana, dan bagaimana. Untuk membangun cerita tentang proyek penyelamatan umat manusia melalui darah Yesus, Paulus dan pendukung-pendukungnya kemudian memetik ayat-ayat Perjanjian Lama untuk menyusun cerita kehidupan Yesus. Toh, para pembacanya bukan orang-orang Yahudi di Yerusalem, tetapi orang-orang Romawi dan orang-orang Israel di perantauan, yang praktis tidak tahu kehidupan Yesus di Galilea. Kelicikan ini diterangkan oleh Professor Alvar Ellegard, dalam bukunya Jesus One Hundred Years Before Christ, halaman 192-193: “The Gospel writers chose instead to go in the opposite direction, using the known (the Old Testament) to prove the unknown (largely the life of Jesus).”
(Para penulis Injil justru menempuh cara yang terbalik, dengan menggunakan yang diketahui (kitab Perjanjian Lama) sebagai bukti dari yang tidak diketahui (kehidupan Yesus).
Kenyataan ini didukung pula oleh Prof.DR E.P. Sanders, Guru Besar Agama Kristen di Cambridge University, dalambukunya The Historical figure of Yesus, halaman 254: “It is ossible to think either that the prophecy created the event or that the prophecy created the story and that the event never occured”
(Mungkin saja terjadi apakah ramalan menciptakan kejadian, atau ramalan menciptakan cerita, sehingga tidak ada sesuatu yang terjadi).
Mengapa Paulus tertarik kepada Yesus yang disalib, padahal sebelumnya dia begitu getol menyiksa dan membunuh para pengikut Yesus?
JAWAB:
Memang, Yesus yang mengajarkan Tauhid, yang menegaskan bahwa tidak ada yang wajib  disembah selain Allah, adalah musuh besar Paulus. Ketika Yesus mengajarkan bahwa darah itu haram, sebaliknya Paulus memandang darah sebagai sajian suci yang wajib diminum untuk memberikan kehidupan yang baru.
 “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan
dengan tubuh Kristus?” (I Korintus 10:16)
Paulus dibesarkan di Tarsus, dimana masyarakat menyembah dewa Herakles yang mengorbankan sapi, yang darahnya diminum untuk memberikan kehidupan yang baru (bangkit dari antara orang mati). Herakles adalah dewa. yang mati lalu bangkit kembali dan dianggap sebagai Juruselamat, sebagaimana dijelaskan Wilson dalam bukunya yang sama halaman 26: “From the inscription in Tarsus we know Herakles, in his dying and descent into Hades was regarded as a divine savior”
(Dari prasasti yang ditemukan di Tarsus, mengetahui bahwa Herakles, yang mati turun ke Hades dianggap sebagai Juru.selamat).
Ketika Paulus mendengar rumor yang “katanya” Yesus mati, yang “katanya” dia bangkit dari kubur, maka dengan serta merta Paulus putar haluan 180 derajat. Kalau sebelumnya Paulus menganiaya kelompok Yesus karena dianggapnya menghalangi ajaran penyembah berhala yang dia anut dan promosikan, maka setelah rumor tersebut tiba ke telinganya, Paulus merasa berdosa
bahwa ternyata yang dia aniaya ini adalah Kristus, Tuhan, Anak Allah, Penebus dosa dan  Yuruselamat umat manusia.
Dengan demikian, Paulus menemukan “Kristus Baru” dari orang Yahudi, sekaligus  dipromosikannya ke orang-orang Romawi sebagai pengganti para Kristus Zeus, Mithra,
Adonis, Thammuz, Osiris dan lain-lainnya yang dianggap sudah uzur.
Mana buktinya bahwa Paulus adalah orang pertama yang mengajarkan tentang Yesus sebagai penebus dosa?
JAWAB:
Silahkan baca Surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa- dosa kita.” (1 Korintus 15:3)
Surat ini ditulis disekitar pertengahan tahun 50an untuk orang-orang Korintus. Daerah ini terkenal sebagai kota metropolitan yang bergelimang dosa oleh pelacuran dan kebobrokan moral yang merajalela. Pada saat surat ini dibuat, belum ada satu pun Injil yang ditulis, serta belum ada seseorang pun baik murid-murid Yesus maupun pengikut-pengikutnya yang mengatakan atau mengajarkan bahwa Yesus mati untuk menebus dosa manusia.
Bagaimana tanggapan orang-orang Romawi di Korintus terhadap surat Paulus ini? JAWAB:
Orang-orang Korintus menyambutnya dengan gembira dan bersemangat. Mereka ingin segera mengenal Yesus Kristus yang masih segar kematiannya serta merindukan pengalaman rohani yang baru dengan “Kristus baru” yang diperkenalkan Paulus. Ketertarikan mereka ini dilukiskan pula bleh Burton L. Mack dalam bukunya Who Wrote the New Testament, halaman 126: “They were impressed rather with the chance to experience the spirit of the new god called Christ and to manifest the spiritual sign that proved they had enter his kingdom.”
(mereka justru lebih tertarik pada kesempatan untuk mendapatkan pengalaman rohani dari tuhan baru yang disebut Kristus (Yesus) serta menyatakan tanda-tanda rohani yang membuktikan bahwa mereka telah memasuki kerajaannya).

Mereka sudah bosan dengan Kristus- kristus mereka yang lama dan sudah uzur, karena dianggap sudah tidak mampu lagi mengatasi persoalan mereka. Hal ini dinyatakan oleh Calvin J. Roetzel dalam bukunya The Letters of Paul, halaman 31: “The decline of social institution and the rise of a spirit of skepticism virtually destroyed the old religions. To be sure, certain primitive form of religion and new religions remained. But even though people still stood in awe of the power and mistery of certain primal forces, belief in the old gods – Zeus, Aphrodite, Apollo etc. -was on the
wane.”
 (Melemahnya lembaga sosial dan bangkitnya semangat skeptis, merusak agama-agama yang sudah ada. Namun, agama-agama primitif tertentu dan agama-agama baru masih tetap ada. Tetapi walaupun masyarakat masih mengagumi kekuatan dan misteri penguasa alam tertentu, namun
kepercayaan kepada dewa-dewa lama – Zeus, Aphrodite, Apollo dll. – sudah mulai luntur).

Pengalaman rohani dengan Kristusnya yang baru ini, diperkenalkan oleh Paulus kemana-mana sebagaimana yang dapat kita lihat dalam Suratnya kepada jemaat di Galatia: “Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang
disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?” (Galatia 3:1) D. Merekayasa Dalil Bagaimana pandangan Yahudi tentang Yesus sebagai Penebus dosa?
JAWAB:
Umat Yahudi tidak segera menerima ide tersebut. Kalau domba yang dikorbankan untuk menebus dosa yang mereka perbuat sudah lumrah dan dianut umat Yahudi terus-menerus. Tetapi kalau manusia yang dikorbankan untuk keselamatan orang per orang tentu sangat tidak mungkin
dan tidak manusiawi. Sementara itu praktek para penyembah berhala yang mengorbankan manusia kepada Dewa atau Tuhan untuk mencegah kemarahannya, tidak dikenal dalam hukum Taurat maupun ajaran para Nabi. Memang dalam Kitab Ulangan diceritakan bahwa untuk
menghindarkan umat Yahudi dari perbudakan, Tuhan mengutus malaikat kematian untuk membunuh semua anak sulung di Mesir. Namun pengorbanan anak ini, selanjutnya sudah digantikah dengan domba paskah.
 Lalu apa yang dilakukan Paulus untuk mempengaruhi umat Yahudi?
JAWAB:
Paulus berangkat dari asumsi Yahudi bahwa karena sedemikian sulitnya mentaati hukum Taurat secara sempurna sehingga setiap orang Yahudi, dan begitu pula manusia lainnya, semuanya  erdosa. “Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu?” (Roma 2:23) 
Bagaimana asumsi ini dikuatkan?
JAWAB:
Paulus melihat peluang dengan mengarahkan kitab Kejadian dalam Perjanjian Lama menjadi titik tolak jatuhnya umat manusia kedalam dosa abadi turun temurun. Dalam kitab kejadian dikatakan bahwa Tuhan menciptakan jagad raya. Sebagai klimaks dari penciptaan berbagai benda di jagad raya adalah penciptaan manusia Adam dan Hawa.
Manusia hidup rukun dengan Tuhan di surga. Dalam surga ada pohon yang buahnya (buah pengetahuan) tidak boleh disentuh apalagi dimakan oleh manusia, karena kalau mereka
memakannya, mereka akan mengetahui yang baik dan yang buruk. Sebagai manusia, larangan ini
justru merangsang keingin-tahuan mereka. Lalu kata cerita ini selanjutnya, Iblis menjelma menjadi ular dan menggoda Hawa. Wanita ini kemudian memetik buah itu dan memakannya lalu
memberikannya kepada Adam. Dengan perbuatan ini, menurut Paulus, mereka telah melanggar perintah Tuhan dan jatuh dalam dosa, dan sebagai konsekwensinya, Adam dan seluruh manusia jatuh ke dalam dosa waris.
“Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, Sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati… Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Sekali-kali kamu tidak akan mati’… Lalu Tuhan Allah mengusir dia dari taman Eden,… (Kejadian 2:11; 3:4,23)
Dengan demikian Paulus berhasil menemukan “dalil” dari kitab Taurat Musa untuk  mempengaruhi orang- orang Yahudi bahwa seluruh manusia termasuk orang Israel telah jatuh
kedalam dosa warisan “sesuai kitab Suci mereka”. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan oleh para nabi maupun umat Israel sebelum datangnya Paulus. Jangankan Nabi .Ibrahim, Musa, atau Daud as. Yesus sendiri mengajari umatnya agar langsung memohon ampun pada Allah, tanpa harus menjadikan dirinya sebagai tumbal untuk mati di tiangsalib.
“Karena itu herdoalah demikian: Bapa kami (Allah) di Sorga, dikuduskan namaMu… ampunilah kami atas kesalahan kami… (Matius 6:9,12) “Sejak wakiu itu Yesus memberitakan: ‘Bertobat-lah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat! ” (Matius 4: 17)
Lalu apa hubungan cerita kitab kejadian ini dengan penyaliban Yesus?
JAWAB:
Karena semua manusia telah jatuh kedalam dosa, mereka sudah menjadi fana dan tidak sempurna, sehingga tidak dapat lagi berhubungan dengan Tuhan yang sempurna, mulia dan baka untuk pengampunan dosa. Disini filsafat Yunani mulai memainkan peran.   Untuk menyelamatkan manusia yang jatuh dalam dosa selama bermilyar- milyar tahun, menurut Paulus, Tuhan
memilih Yesus yang serupa dengan Allah untuk mati di tiang salib menebus dosa manusia “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-
Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Filipi 2:5-7)
Mengapa jutaan manusia harus menunggu mati bergelimang dosa selama milyaran tahun, baru kemudian Allah menetapkan Yesus sebagai penebus dosa?
JAWAB:
Inilah pertanyaan yang tidak dijelaskan oleh Paulus, serta tidak diterangkan oleh gereja selama 2000 tahun.
Apakah dengan demikian orang Yahudi sudah dapat menerima Yesus sebagai korban pengganti domba yang setiap tahun mereka sembelih? .
JAWAB:
Ajaran aneh yang baru diperkenalkan Paulus ini, bagi umat Yahudi memiliki beberapa kelemahan :
1) Bahwa Tuhan harus memaku anaknya ditiang salib untuk menebus dosa manusia adalah bertentangan dengan pikiran sehat rasa kemanusiaan dan rasa keadilan. Saat ini pun kalau ada seorang ayah yang memaku anaknya sampai mati, apalagi anak yang baik hati, bukannya mendapat pujian, malah akan dijebloskan ke penjara.
2) Domba yang dikorbankan umat Israel adalah domba yang diperiksa dan diyakini sehat tanpa luka juga tanpa cacat “Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela.” (Keluaran 12:5)
Sementara mereka tidak pernah mengetahui dan memeriksa apakah Yesus pernah cedera atau patah tulang. Yang jelas, sebelum disalib, Yesus terlebih dahulu mendapat siksaan yang berat. Malah di tiang salib masih dilukai perutnya. “Tetapi seorang dari antaraprajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak. dan segera mengalir keluar darah dan air.” (Yohanes 19:34) 3)
Domba yang dikorbankan adalah binatang yang tidak pernah berbuat dosa. Sementara Yesus yang hidup sebagai seorang Yahudi dan taat pada hukum Taurat dianggap tidak luput dari dosa, sebagaimana doanya setiap hari dalam Injil Matius. “Dan ampunilah kami akan kesalahan kami,…. (Matius 6:12) “…
hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa,… (Timotius 1:9) 4)
Sesuai ajaran Kitab Nabi Yesaya, hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa manusia, sedangkan seseorang tidak punya kuasa untuk mengampuni dosa orang lain. “Beginilah firman Tuhan, Penebusmu…, (Yesaya 44:24) Oleh : DR. H. Sanihu Munir, SKM, MPH. _________________
Matius 19:28 Kata Yesus kepada mereka(12 orang murid yesus): Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu(12 orang murid yesus), yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Inget-inget lho...bagi yang bukan 12
suku israel, ayat matius 19:28 berlaku kelak sesudah kiamat yaitu waktu penciptaan kembali.. dan paulus tarsus tidak mendapat jatah takhta dari 12 takhta tsb